Kamis, 28 Juli 2011

Rumah Tangga Berkah

Saudaraku yang baik, ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai. Pertama, soft ware-nya, yakni qolbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah. Karena yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Allah. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik Allah. Calon istri kita milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Allah. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Allah.

Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Allah-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah, sedang Allah menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka kembalikan segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh suudzan. Sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik, orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Allah, sebab wajah kita bukan milik kita, semuanya milik Allah.

Kedua, tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Allah. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan; akhlak kita, perbuatan kita, tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaulah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti, mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Apa pun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka, meningkatkan kualitas diri supaya disukai Allah adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan kemauan, keinginan dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang merasa betapa dunia banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya semua bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.

Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Allah pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar Ilmu agama penting dikuasai supaya kit tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW. Karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur. Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas.

Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana prilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan. Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan baik oleh calon suami, maupun oleh calon istri. Sebab setelah menikah bagi keduanya masing-masing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir misalnya bahwa ajal siap datang menjemput kapan saja. Maka ketika istrinya meninggal duluan jangan sampai kelabakan karean tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri ia harus ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan.

Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumah tangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, insya Allah masalah apa pun yang dihadapi tidak akan membuat mereka goyah. Mereka akan tetap tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya. Ingat firman Allah berikut ini : “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur/24 ayat 32).” Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar: