Rabu, 19 Mei 2010

Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita,

Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita,
biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata
puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat
hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku
satu-satunya yang bisa membahagiakanmu, " atau "Jika
kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan
"bla...bla.. .bla..." Sang wanita pun tersipu malu,
hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala,
"Aih...aih.. ., abang bisa aja." Onde mande, rancak
bana !!!

Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu
gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui
'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi
seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi,
"Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi... belum
dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha,
yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu
sebenarnya milik Allah SWT.

Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan
lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah
menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta
bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT.
Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang
nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah
dengan 1001 alasan yang di buat-buat.

Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu
adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah,
akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW
atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu
ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan,
daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realita
yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe
seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si
Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu,
lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin
dengan janjinya?

Nah...
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita
menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita?
Pusying... pusying... gimana caranya ya? Ih nyantai
aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok,
karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih
yang harus dilakukan dalam ta'aruf? Apa iya, seperti
ucapan janji-janji seperti diatas?

Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan' , kalau
dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah
proses saling mengenal antara calon laki-laki dan
perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan.
Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu
yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya.
Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling
mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa
aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat
ta'aruf?

1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga
masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa,
gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan
apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak
tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan
ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di
Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe
begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong
langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar,
lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan
dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung
dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!" Lho? :D

2. Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi
suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia
adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin
ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya
lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya
dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon
pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup
masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku
nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada
Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari
bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah,
mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini,
kudu' diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan
Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia
gak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah...
suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh
sekali-kali dianya...," hush...! Gak boleh doakan
suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?

3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau
apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah
menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami,
karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam
pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling
pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka
masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu
pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang
hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan),
setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll.
Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah
dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah
itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga
lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah.
Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu
wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yang
terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.

4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya
menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai
ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah
ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan
WAlimahAN' :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia
akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak
menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya.
Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa
atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat
dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga
dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan
ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam
dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa
Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga
atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila
lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah...
yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan
mertua.'

Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada
ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau
sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang
jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau
ta'aruf dulu..." lalu ta'rufnya buanyak buanget,
sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri,
"Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada
kurangnya?"

Wah..., kalo nyari yang mulia seperti Khadijah,
setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra,
pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna
Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.?
Nah lho...!!!

Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk
kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana
dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak,
'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus
bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma
bermimpi menjadi pahlawan?'

Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan
hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan,
kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi
rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air
mata yang menetes, semoga itu adalah air mata
kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena
Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama
mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.

Barakallahulaka barakallahu' alaika wajama'a bainakuma
fii khairin.

Wallahu a'lam bishowab,

Tidak ada komentar: